Langsung ke konten utama

PENANAMAN MODAL ASING

PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENJADI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) AKIBAT DARI PEWARISAN SAHAM




Penanaman Modal Asing

Definisi Penanaman Modal Asing (PMA) diatur dalam Ps.1 angka 3 UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang berbunyi :

Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal asing terdapat dalam Ps.1 angka 6 UU No.25 Tahun 2007 sebagai berikut :

Penanam modal asing adalah perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.

Kemudian Ps.1 angka 8 UU No.25 Tahun 2007 menyebutkan :

Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

Apabila salah satu pemegang saham suatu perusahaan (sebelumnya WNA, lalu sudah mengalami naturalisasi menjadi WNI) meninggal, dan status anaknya masih WNA, maka berdasarkan Ps.833 ayat (1) KUHPer, anak tersebut menjadi pihak yang sekarang memiliki saham tersebut meskipun statusnya masih WNA. Bunyi dari pasal 833 tersebut yakni :

Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak milik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal.

Berdasarkan bunyi pasal di atas, Penulis berkesimpulan bahwa akibat dari peralihan sebagian kepemilikian perusahaan tersebut kepada seorang ahli waris (WNA) akibat proses pewarisan, maka perusahaan tersebut  harus berbentuk PT PMA. Akan tetapi, perubahan status dari PT lokal (PMDN) menjadi PT PMA tidaklah secara otomatis terjadi karena PT PMA memiliki syarat dan prosedur pendirian yang berbeda dari pendirian PT biasa.

Pendirian PT PMA

Pertama-tama yang harus diperhatikan adalah bidang usaha apa yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Karena, ada bidang-bidang yang terbuka untuk asing, akan tetapi ada juga bidang-bidang usaha tertentu yang dilarang oleh undang-undang untuk PT PMA, dan hanya boleh dijalankan oleh PT yang seluruh modalnya dimiliki oleh WNI, serta ada beberapa bidang usaha yang terbuka untuk asing dengan pembatasan jumlah persentase kepemilikan asing yang diperbolehkan sesuai dengan PP No.44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Jika bidang usaha perusahaan tersebut termasuk dalam bidang usaha yang terbuka dan memenuhi batas jumlah kepemilikan modal asing dalam bidang usaha tersebut, maka perusahaan tersebut dapat memulai kegiatan usaha dengan mengajukan izin prinsip bagi PT PMA tersebut, yakni izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai atau melanjutkan usaha.

Akan tetapi, apabila bidang usaha perusahaan tersebut termasuk dalam bidang usaha yang dilarang/tertutup untuk dijalankan oleh PT PMA, maka terdapat beberapa pilihan menurut Penulis, yakni :
1.      Menyesuaikan bidang usaha perusahaan tersebut dengan bidang usaha yang diperbolehkan untuk dijalankan oleh PT PMA.
2.      Menjual saham yang berdasarkan hak waris yang sah dimiliki oleh anak yang berstatus WNA tersebut kepada WNI lain, dan memberikan hasil penjualannya kepada anak tersebut sebagai ganti sebagian kepemilikannya dalam perusahaan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALAT BUKTI REKAMAN

APAKAH REKAMAN YANG DILAKUKAN DENGAN DIAM-DIAM DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI ALAT BUKTI? Rekaman suara yang dibuat dengan aplikasi perekam suara ( voice memo atau voice record ) yang ada di telepon seluler ( smartphone ) termasuk dalam kategori Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Ps.1 angka 4 UU No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi : “ Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya ”. Sehingga, berdasarkan bunyi pasal d...

PIDANA BERSYARAT (PIDANA PERCOBAAN) DAN VONIS HAKIM YANG LEBIH TINGGI DARI TUNTUTAN JAKSA

MENGENAL TENTANG PIDANA BERSYARAT (PIDANA PERCOBAAN) DAN JUGA TENTANG APAKAH VONIS HAKIM BOLEH LEBIH TINGGI DARI TUNTUTAN JAKSA ATAU TIDAK Pengantar Baru-baru ini, publik sempat dihebohkan dengan “skenario” dari persidangan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang dipidana atas kasus penistaan agama dengan melanggar Ps. 156a KUHP, yakni secara sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama. Namun yang hendak Penulis ulas dalam artikel ini, bukanlah mengenai teknis dari kasus Ahok maupun “skenario-skenario” dalam panggung politik tersebut. Akan tetapi, yang lebih menarik untuk dibahas adalah tentang apakah yang dimaksud dengan pidana bersyarat dan apakah vonis yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim boleh lebih tinggi atau tidak dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Tentang Pidana Bersyarat Seperti yang telah kita ketahui, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok divonis ...

ATURAN PARTAI POLITIK DALAM MENDIRIKAN KOPERASI

ATURAN TERHADAP  PARTAI POLITIK DALAM MENDIRIKAN KOPERASI Di era globalisasi seperti sekarang ini, merupakan hal yang lumrah untuk mencari pendapatan tambahan, mengingat kebutuhan hidup yang kian hari kian bertambah. Tidak sedikit orang-orang demi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mencari penghasilan tambahan di luar pekerjaannya, meskipun ada yang memang sekedar untuk menambah penghasilan, dan juga ada yang karena dasar “moral” maka mencoba menciptakan suatu peluang usaha guna menyerap tenaga kerja dan mampu menambah penghasilan mereka. Sebagai contoh adalah mendirikan Koperasi. Namun bahasan dalam artikel ini, dipersempit terhadap anggota partai politik yang hendak mendirikan Koperasi. Sebelum membahas lebih lanjut, alangkah lebih baik kita ulas terlebih dahulu tentang koperasi dan partai politik. Pengertian Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekal...